Jumat, 11 Januari 2013

kelompok 5 3b



MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT
Dosen Pengampu :







Disusun oleh :
1.    Pratiwi                                 (11310069)
2.    Dian Budiarti                      (11310072)
3.    RR Indah Chaerohmah       (11310075)
4.    Norman Hasan                    (11310146)
      


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM
IKIPPGRI SEMARANG
2012


KATA PENGANTAR

          Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa didalam pembuatan tugas ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan buku – buku panduan atau sumber referensi lainnya.
           Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaanya  tugas ini.
            Akhirnya saya berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Semarang,3 Oktober 2012
Penyusun








               



DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
C.     Tujuan........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 5
A.    Pengertian TGT............................................................................................................ 5
B.     Persiapan TGT............................................................................................................. 6
C.     Jadwal Kegiatan.......................................................................................................... 8
D.    Mengembangkan LKS dan kuis untuk TGT................................................................ 9
E.     Kelebihan dan Kelemahan TGT.........................................................................          10
BAB III PENUTUP................................................................................................................ 12
1.      Kesimpulan................................................................................................................... 12
2.      Saran............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 13


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pembelajaran menurut Usman (2000 : 4) “... Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan.
Menurut Sudjana (1989 : 30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan , metode dan alat serta penilaian”. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama.Hasil yang dirasakan dalam waktu yang dekat dikatakan sebagai dampak langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai.
Bila kita berbicara masalah pendidikan pasti, dalam diri kita semua kita ingin mempunyai anak yang terdidik, pandai, berakhlak, punya daya kreativitas, motivasi yang tinggi dalam menjalani studinya sehingga ketika mereka lulus, mereka dapat menjadi manusia-manusia yang berguna bagi keluarga, masyarakat, negara dan agamanya.
Kewajiban sebagai pendidik atau guru, tidak hanya transfer of knowledge, tapi juga dapat mengubah perilaku, memberikan dorongan yang positif sehingga siswa termotivasi, memberi suasana belajar yang menyenangkan, agar mereka bisa berkembang semaksimal mungkin. Guru tidak hanya mengolah otak siswanya, tetapi juga mengolah jiwa anak didiknya, bila seorang guru hanya mengolah otak tanpa mempedulikan jiwa anak didiknya, alhasil mereka tumbuh menjadi manusia robot yang tidak berhati. Anak yang cerdas, bukan saja anak yang nilai ulangannya baik, nilai rapornya tinggi, tapi emosional dan fungsi motoriknya berjalan dengan baik.
Mungkin tak ada salahnya kalau kita simak apa kata Paul Lawrence dan Nitin Nohria (Driveb : How Human Nature Shapes Our Choice) seperti yang dikutip oleh Taufik Pasiak 4 dorongan manusia melakukan sesuatu: (1) to aquire (dorongan untukmemperoleh sesuatu), (2) to bond (dorongan membangun hubungan ), (3) to lern (dorongan untuk memahami), (4)to defend (dorongan untuk mempertahankan semua yang dimiliki). Seorang guru yang baik dapat menciptakan iklim balajar dan mengajar yang sehat dan menyenangkan kelasnya sehingga bisa memberikan dorongan kepada para siswanya agar mempunyai motivasi yang tinggi, dan memberikan dorongan yang positif.
UNESCO menjelaskan bahwa pendidikan pada abad ini harus di orientasikan terhadap pencapaian 4 pilar pembelajaran : (1) learning to know (belajar untuk tahu), (2)Learning to do ( belajar untuk melakukan), (3) Learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), (4) learning to live together (belajar bersama dengan orang lain). Bila seorang guru dapat membekali siswanya dan memberi pondasi agar 4 pilar tadi dapat berdiri kokoh, betapa bahagianya siswa yang mempunyai guru atau pendidik yang berkualitas seperti itu. Dan betapa bangganya bangsa dan negara ini bila pendidikan bisa menjadi tonggak berdirinya suatu negara yang kokoh. Karenanya guru harus mengetahui model-model pembelajaran sebagai bagian dalam perencanaan mengajarnya, agar siswa dapat memahami yang diberikan oleh gurunya secara seksama.
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya  dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya,pelaksanaan pembelajaran disekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar dikelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru aktif dan siswa pasif.
Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah,paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran dikelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain,jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisimenerima dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa.
Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, sehingga para guru tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membaca buku yang aktual. Karena mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif, itu adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Mereka bukan tidak mau meningkatklan kualitas pembelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan perilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, kemungkinan kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif.
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya( kognitif,afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut diatas dapat terwujud, guru sepantasnya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dan didalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) yang diterapkan pada siswa.

A.    RUMUSAN MASALAH
Di dalam makalah ini beberapa permasalahan pokok yang akan kita bahas, yaitu:
1.      Apa yang dimaksud TGT?
2.      Apa yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran kooperatif TGT?
3.      Bagaimana proses menjalankan TGT?
4.      Apa sajakah kelebihan dan kelemahan tipe pembelajaran kooperatif tipe TGT?

B.     TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika . Dengan ini, kami berharap agar manfaat dari pembuatan makalah ini tidak sebatas hanya sampai disitu saja, melainkan pembaca makalah ini akan lebih memahami mengenai model pembelajaran TGT.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu: sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. TGT terdiri dari komponen-komponen yaitu: presentasi kelas dan tim.
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran,kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
TGT pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Kelth Edward ini, merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins.Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing . permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan konten yang dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim. Diadakan aturan tantangan yang memungkinkan seorang pemain mengemukakan jawaban berbeda untuk menantang jawaban lainnya.
Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan tersebut. Turnamen itu biasanya dilaksanakan pada akhir minggu, setelah guru menyelesaikan presentasi kelas dan tim-tim memperoleh kesempatan berlatih dengan LKS. Untuk turnamen pertama, guru menetapkan siapa yang akan bertanding pada meja permainan. Menetapkan tiga siswa peringkat atas dalam kinerja yang lalu pada meja 1, masing-masing siswa mewakili timnya. Tiga siswa berikutnya pada meja dua, dst.
Pemilikan kemampuan pemecahan suatu masalah pada siswa sangatlah penting, namun masih rendahnya ketrampilan siswa dalam pemecahan masalah menuntut diterapkannya berbagai model pembelajaran dengan harapan dapat menarik perhatian siswa agar menyukai pelajaran dan untuk mempermudah siswa memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran yang menarik karena didalamnya terdapat kegiatan turnamen akademik yang diharapkan dapat membuat siswa agar lebih kreatif, cepat dan tepat dalam memecahkan masalah matematika dan dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran,mendorong siswa berpartisipasi aktif dan dapat menghadapkan siswa pada ketrampilan yang menantang agar siswa terlatih melakukan pemecahan masalah dan berfikir analitik.
Menurut Jhohnson-Jhohnson (dalam Carolyn W Rouvire) TGT adalah belajar kooperatif yang terdiri dari pengajaran (teaching), belajar dalam tim (team study), dan pertandingan akademik (game tournament). TGT sama dengan STAD dalam beberapa hal, kecuali kuis dan skor penelitian. TGT menggunakan pertandingan akademik sebagai pengganti kuis dalam STAD. Siswa bertanding sebagai wakil timnya dengan anggota tim lainnya yang berkemampuan sama.
Bertanding dengan lawan seimbang, menyerupai sistem skor perbaikan individual pada STAD, yang memungkinkan bagi setiap siswa dari seluruh tingkat kinerja yang lalu menyumbang secara maksimal kepada skor tim mereka apabila mereka melakukan yang terbaik.
B.     Persiapan TGT
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam TGT yaitu:
1.      Bahan
Bahan ajar TGT adalah sama seperti bahan ajar untuk STAD. TGT juga membutuhkan satu set kartu yang diberi nomor dari 1-30 untuk tiap tiga siswa dalam kelas terbesar. TGT digunakan untuk menyajikan materi kurikulum pada pembelajaran kelompok.
Sebelum presentasi materi dimulai, perlu disiapkan Lembar Kerja Siswa yang akan dipelajari oleh kelompok kooperatif. Lembar jawaban dari LKS tersebut, satu set dengan kartu bernomor 1 – 30 atau paling sedikit 1 – 15 untuk setiap siswa dalam kelas.

2.      Menempatkan Siswa kedalam Tim
Menempatkan siswa kedalam tim-tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima siswa sama sepeti STAD. Untuk setiap kelompok belajar kooperatif beranggotakan 4 atau 5 orang siswa yang terdiri atas siswa berkemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah.
 Untuk membentuk siswa dalam kelompok perlu dilakukan langkah-langkah sbb:
a.       Rangking siswa dalam kelas brdasarkan prestasi akademis dari yang tertinggi sampai pada yang berkemampuan terendah. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk ranking siswa tersebut.
b.      Menentukan jumlah anggota setiap tim,sebaiknya beranggotakan 4 orang siswa jika mungkin. Untuk menentukan banyaknya siswa dalam kelompok yang akan dibentuk, bagilah jumlah siswa dalam kelas dengan 4. Jika hasilnya bulat, misalnya: jumlah siswa 34 orang maka ada 8 kelompok yang beranggotakan 4 orang dan 2 kelompok yang beranggotakan 5 orang.
c.       Usahakan agar rata-rata kemampuan siswa dalam setiap kelompok relatif sama. Gunakan rangking dalam menentukan anggota kelompok. Contoh: jika menggunakan 8 kelompok, maka kita bisa mengggunakan huruf A sampai H mulai pada posisi rangking atas berilah tanda A; berikan abjad sampai seterusnya . Ketika sampai pada huruf terakhir, kembalilah lagi pemberian abjad berlawanan dengan urutan abjad yang telah dibuat. Siswa harus dicek apakah ras, etnik dan jenis kelamin telah seimbang.Tetapi jika tim yang dibentuk berdasarkan rangking kemampuan bukan atas dasar penyeimbang jenis kelamin atas suku, atur siswa supaya setiap tim mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama sehingga keseimbangan tim bisa tercapai.
d.      Isilah lembar ringkasan yang memuat nama tim. Isilah nama siswa pada tiap tim yang dibentuk.
3.      Menempatkan Siswa Pada Meja turnamen Awal.
Buat satu salinan lembar penempatan meja turnamen.pada lembar ini,rangking siswa dari atas kebawah menurut kinerja yang lalu.hitung jumlah siswa didalam kelas anda. Jika jumlah tersebut dapat habis dibagi dengan tiga, maka seluruh meja turnamen akan memiliki tiga anggota, apabila ada anggota yang sisa , maka ada kelompok yang beranggotakan 4 orang. Dalam mengumumkan penempatan meja kepada siswa, sebut meja itu dengan meja biru, hijau dsb.

Awali TGT dengan jadwal kegiatan. Setelah mengajar sebuah pelajaran, umumkan penempatan tim dan mintalah siswa menggeser meja bersama-sama untuk membuat meja-meja tim.
C.    Jadwal Kegiatan
TGT terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran diatur seperti berikut ini:
1.      Mengajar
Waktu: 1-2 jam pelajaran.
Ide utama: Siswa mengerjakan LKS dalam tim mereka.
Bahan ajar yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua lembar jawaban untuk tiap tim.
2.      Belajar Tim
Waktu: 1-2 jam pelajaran
Ide utama: siswa mengerjakan LKS didalam tim mereka
Bahan ajar yang dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua lembar jawaban untuk tiap tim.
3.      Turnamen
Waktu: Satu pertemuan kelas
Ide Utama: Siswa bertanding pada meja-meja turnamen tiga siswa dengan kemampuan homogen.
Bahan turnamen yang dibutuhkan:lembar penempatan meja turnamen, dengan penempatan meja turnamen yang telah diisi.
Satu kopi lembar permainan dan kunci lembar permainan (sama seperti kuis dan kunci kuis untuk STAD) untuk tiap meja turnamen.
Satu lembar skor permainan (apendiks 6) untuk tiap meja turnamen.
Satu tumpuk kartu-kartu bernomor yang sesuai dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan untuk tiap meja turnamen.
4.      Penghargaan Tim
Ide Utama: Menghitung skor tim dan menyiapkan sertifikat dan papan buletin. Sesegera mungkin setelah usai turnamen tersebut,hitung skor tim dan siapkan sertifikat tim atau menulis hasil turnamen itu untuk di umumkan pada papan buletin.
a.       Penghargaan Kepada kinerja tim
Seperti pada STAD, ada tingkat penghargaan diberikan berdasarkan pada skor tim rata-rata. Tiga penghargaan tersebut adalah sbb:
Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
40
TIM BAIK
45
TIM HEBAT
80
TIM SUPER
b.      Bumping
Bumping merupakan penempatan kembali siswa ke meja-meja turnamen yang baru, harus dilakukan setelah setiap turnamen berikutnya. Paling mudah melakukan bumping ketika menghitung skor tim.
c.       Pengubahan Tim
Setelah lima dan enam minggu TGT, tempatkan pada tim-tim baru
d.      Penggabungan TGT dengan Kegiatan-kegiatan lain
Guru dapat menggunakan TGT untuk sebagian pengajaran mereka,dan metode atau model lain untuk bagian pengajaran lain.
e.       Pemberian Nilai
TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. Apabila hal ini merupakan masalah yang serius, pertimbangkan yang penggunaan STAD sebagai pengganti TGT.
Untuk menentukan nilai,banyak guru yang menggunakan TGT untuk evaluasi tengah semester dan tes akhir tiap semester,beberapa guru memberi juga kuis setelah tiap turnamen.
D.    Mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa dan Kuis untuk STAD dan TGT
Mengembangkan bahan ajar untuk STAD dan TGT sangat mirip dengan mengembangkan lembar kegiatan siswa dan kuis untuk setiap satuan pengajaran. Langkah-langkah untuk mengembangkan bahan ajar untuk STAD atau TGT:
1.      Mengembangkan LKS dan kunci LKS untuk setiap satuan pelajaran.
Bahan kurikulum The Johns Hopkins Learning Project selalu menggunakan LKS dengan 33 butir (Apendiks 7), tanpa ada alasan khusus mengapa membuat butir sebanyak itu. Ide utamanya adalah untuk memastikan bahwa LKS tersebut memberi latihan langsung guna menghadapi kuis atau permainan. Siswa dapat bekerja pada proyek jawaban terbuka atau kegiatan pemecahan masalah sebagai pengganti LKS.
Setelah dibuat sebuah LKS,juga harus segera dibuat kunci LKSnya. Siswa dapat menggunakan kunci ini untuk memeriksa sendiri jawaban mereka pada saat mereka belajar.
2.      Mengembangkan Sebuah Permainan/ Kuis dan Kunci permainan / kuis untuk setiap Unit.
LKS yang sama dapat digunakan sebagai permainan dalam TGT dan kuis dalam STAD. Anda perlu untuk membuat kunci permainan / kuis untuk TGT, sehingga siswa dapat memeriksa jawabannya sendiri selama permainan.
E.     Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT
1.      Kelebihan Model Pembelajaran TGT
a.       Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang berkemampuan akademik lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
b.      Dengan model pembelajaran ini,akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
c.       Dalam model pembelajaran ini, membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran . Karena dalam pelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada siswa atau kelompok terbaik.
d.      Dalam pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
2.      Kelemahan Model Pembelajaran TGT
a.       Dalam model pembelajaran ini,harus menggunakan waktu yang relativ lama.
b.      Guru yang menggunakan model pembelajaran ini, guru harus pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
c.       Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja tournamen, dan guru harus tau urutan akademis siswa dari yang tertinggi hingga terendah.




















BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Ada beberapa hal pokok yang dapat kita simpulkan dari pembahasan diatas yaitu:
1.      TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu: sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik.
2.      Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing . permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
3.      Secara Umum ada 5 komponen utama dalam model TGT:
a.       Penyajian kelas
b.      Kelompok
c.       Permainan
d.      Turnamen
e.       Penghargaan kelompok
4.      Model pembelajaran TGT dapat menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru.
B.     SARAN
Sesuai dengan kelemahan dari model pembelajaran ini,sebaiknya guru yang ingin menerapkan model ini,harus mempersiapkan secara matang materi,pertanyaan,kelompok yang dibuat secara heterogen menurut kemampuan akademis. Dan dalam menerapkan model ini ,sebaiknya guru memperhitungkan sebaik-baiknya pembagian waktu untuk skenario pembelajaran.









DAFTAR PUSTAKA

Amien, M.1987.Pendidikan Science. Yogyakarta : FKIE IKIP.
Dirdjosoemarto dkk.2004. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :FPMIPA UPI
Nur,Mohamad.2005.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:Pusat Sains dan Matematika sekolah UNESA