MAKALAH
MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
TGT
Dosen
Pengampu :
Disusun
oleh :
1. Pratiwi (11310069)
2. Dian
Budiarti (11310072)
3. RR
Indah Chaerohmah (11310075)
4. Norman
Hasan (11310146)
FAKULTAS PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM
IKIPPGRI SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari bahwa didalam pembuatan tugas ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan buku – buku panduan atau sumber
referensi lainnya.
Saya
menyadari bahwa dalam proses pembuatan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaanya tugas ini.
Akhirnya saya berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Semarang,3 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
JUDUL..................................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................................ 3
C. Tujuan........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 5
A. Pengertian
TGT............................................................................................................ 5
B. Persiapan
TGT............................................................................................................. 6
C. Jadwal
Kegiatan.......................................................................................................... 8
D. Mengembangkan
LKS dan kuis untuk TGT................................................................ 9
E. Kelebihan
dan Kelemahan TGT......................................................................... 10
BAB
III PENUTUP................................................................................................................ 12
1. Kesimpulan................................................................................................................... 12
2. Saran............................................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pembelajaran menurut Usman (2000 : 4)
“... Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Proses
pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam
pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian
untuk mencapai tujuan.
Menurut Sudjana (1989 : 30) yang termasuk dalam komponen
pembelajaran adalah “ tujuan, bahan , metode dan alat serta penilaian”. Metode
mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode
tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif
lama.Hasil yang dirasakan dalam waktu yang dekat dikatakan sebagai dampak
langsung (Instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang
relatif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan
dengan sikap dan nilai.
Bila kita berbicara masalah pendidikan pasti, dalam
diri kita semua kita ingin mempunyai anak yang terdidik, pandai, berakhlak,
punya daya kreativitas, motivasi yang tinggi dalam menjalani studinya sehingga
ketika mereka lulus, mereka dapat menjadi manusia-manusia yang berguna bagi
keluarga, masyarakat, negara dan agamanya.
Kewajiban sebagai pendidik atau guru, tidak hanya
transfer of knowledge, tapi juga dapat mengubah perilaku, memberikan dorongan
yang positif sehingga siswa termotivasi, memberi suasana belajar yang menyenangkan,
agar mereka bisa berkembang semaksimal mungkin. Guru tidak hanya mengolah otak
siswanya, tetapi juga mengolah jiwa anak didiknya, bila seorang guru hanya
mengolah otak tanpa mempedulikan jiwa anak didiknya, alhasil mereka tumbuh
menjadi manusia robot yang tidak berhati. Anak yang cerdas, bukan saja anak
yang nilai ulangannya baik, nilai rapornya tinggi, tapi emosional dan fungsi
motoriknya berjalan dengan baik.
Mungkin tak ada salahnya kalau kita simak apa kata
Paul Lawrence dan Nitin Nohria (Driveb : How Human Nature Shapes Our Choice)
seperti yang dikutip oleh Taufik Pasiak 4 dorongan manusia melakukan sesuatu:
(1) to aquire (dorongan untukmemperoleh sesuatu), (2) to bond (dorongan
membangun hubungan ), (3) to lern (dorongan untuk memahami), (4)to defend
(dorongan untuk mempertahankan semua yang dimiliki). Seorang guru yang baik
dapat menciptakan iklim balajar dan mengajar yang sehat dan menyenangkan
kelasnya sehingga bisa memberikan dorongan kepada para siswanya agar mempunyai
motivasi yang tinggi, dan memberikan dorongan yang positif.
UNESCO menjelaskan bahwa pendidikan pada abad ini
harus di orientasikan terhadap pencapaian 4 pilar pembelajaran : (1) learning
to know (belajar untuk tahu), (2)Learning to do ( belajar untuk melakukan), (3)
Learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), (4) learning to live
together (belajar bersama dengan orang lain). Bila seorang guru dapat membekali
siswanya dan memberi pondasi agar 4 pilar tadi dapat berdiri kokoh, betapa
bahagianya siswa yang mempunyai guru atau pendidik yang berkualitas seperti
itu. Dan betapa bangganya bangsa dan negara ini bila pendidikan bisa menjadi
tonggak berdirinya suatu negara yang kokoh. Karenanya guru harus mengetahui
model-model pembelajaran sebagai bagian dalam perencanaan mengajarnya, agar
siswa dapat memahami yang diberikan oleh gurunya secara seksama.
Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang
diperbaharui dengan kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan
semestinya dilaksanakan secara utuh pada
setiap sekolah. Namun pada kenyataannya,pelaksanaan pembelajaran disekolah,
masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak pada
RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar dikelas masih tetap
menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori.
Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa
penonton, guru aktif dan siswa pasif.
Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang
susah diubah,paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah
menjadi paradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan
RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran
dikelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain,jadi
guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga
memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya
sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan
menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah merasa enjoy dengan kondisimenerima
dan tidak biasa memberi. Selain dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah
daging dan sukar diubah, kondisi ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan
guru yang masih terbatas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara
membelajarkan siswa.
Karena penghargaan terhadap profesi guru sangat
minim, sehingga para guru tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membaca buku
yang aktual. Karena mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya,
dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang
inovatif, itu adalah suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Mereka bukan
tidak mau meningkatklan kualitas pembelajaran, tetapi situasi dan kondisi
kurang memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan
perilaku guru dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan,
sehingga misi KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, kemungkinan
kebiasaan murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula
menjadi aktif.
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu
mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya(
kognitif,afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar
aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih
dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang
sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal
hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut diatas dapat terwujud, guru
sepantasnya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara
membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar,
sedangkan model pembelajaran akan membahas bagaimana cara membelajarkan siswa
dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta
suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dan didalam makalah ini, penulis
akan membahas mengenai model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) yang
diterapkan pada siswa.
A.
RUMUSAN
MASALAH
Di dalam makalah ini
beberapa permasalahan pokok yang akan kita bahas, yaitu:
1. Apa
yang dimaksud TGT?
2. Apa
yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran kooperatif TGT?
3. Bagaimana
proses menjalankan TGT?
4. Apa
sajakah kelebihan dan kelemahan tipe pembelajaran kooperatif tipe TGT?
B.
TUJUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika . Dengan ini, kami berharap agar manfaat
dari pembuatan makalah ini tidak sebatas hanya sampai disitu saja, melainkan
pembaca makalah ini akan lebih memahami mengenai model pembelajaran TGT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti
STAD dalam setiap hal kecuali satu: sebagai ganti kuis dan sistem skor
perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. TGT terdiri
dari komponen-komponen yaitu: presentasi kelas dan tim.
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas
belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kejujuran,kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
TGT pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries
dan Kelth Edward ini, merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins.Menurut
Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing .
permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan tersusun dari pertanyaan-pertanyaan yang
relevan dengan konten yang dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang
diperoleh dari presentasi kelas dan latihan tim. Diadakan aturan tantangan yang
memungkinkan seorang pemain mengemukakan jawaban berbeda untuk menantang
jawaban lainnya.
Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya
permainan tersebut. Turnamen itu biasanya dilaksanakan pada akhir minggu,
setelah guru menyelesaikan presentasi kelas dan tim-tim memperoleh kesempatan
berlatih dengan LKS. Untuk turnamen pertama, guru menetapkan siapa yang akan
bertanding pada meja permainan. Menetapkan tiga siswa peringkat atas dalam
kinerja yang lalu pada meja 1, masing-masing siswa mewakili timnya. Tiga siswa
berikutnya pada meja dua, dst.
Pemilikan kemampuan pemecahan suatu masalah pada
siswa sangatlah penting, namun masih rendahnya ketrampilan siswa dalam
pemecahan masalah menuntut diterapkannya berbagai model pembelajaran dengan
harapan dapat menarik perhatian siswa agar menyukai pelajaran dan untuk
mempermudah siswa memecahkan suatu masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu
model pembelajaran yang menarik karena didalamnya terdapat kegiatan turnamen
akademik yang diharapkan dapat membuat siswa agar lebih kreatif, cepat dan
tepat dalam memecahkan masalah matematika dan dapat meningkatkan sikap positif
siswa terhadap pelajaran,mendorong siswa berpartisipasi aktif dan dapat
menghadapkan siswa pada ketrampilan yang menantang agar siswa terlatih
melakukan pemecahan masalah dan berfikir analitik.
Menurut Jhohnson-Jhohnson (dalam Carolyn W Rouvire)
TGT adalah belajar kooperatif yang terdiri dari pengajaran (teaching), belajar
dalam tim (team study), dan pertandingan akademik (game tournament). TGT sama
dengan STAD dalam beberapa hal, kecuali kuis dan skor penelitian. TGT
menggunakan pertandingan akademik sebagai pengganti kuis dalam STAD. Siswa
bertanding sebagai wakil timnya dengan anggota tim lainnya yang berkemampuan
sama.
Bertanding dengan lawan seimbang, menyerupai sistem
skor perbaikan individual pada STAD, yang memungkinkan bagi setiap siswa dari
seluruh tingkat kinerja yang lalu menyumbang secara maksimal kepada skor tim
mereka apabila mereka melakukan yang terbaik.
B.
Persiapan
TGT
Hal-hal yang perlu
dipersiapkan dalam TGT yaitu:
1. Bahan
Bahan ajar TGT adalah sama seperti bahan ajar untuk
STAD. TGT juga membutuhkan satu set kartu yang diberi nomor dari 1-30 untuk
tiap tiga siswa dalam kelas terbesar. TGT digunakan untuk menyajikan
materi kurikulum pada pembelajaran kelompok.
Sebelum presentasi materi dimulai, perlu disiapkan Lembar Kerja Siswa yang
akan dipelajari oleh kelompok kooperatif. Lembar jawaban dari LKS tersebut,
satu set dengan kartu bernomor 1 – 30 atau paling sedikit 1 – 15 untuk setiap
siswa dalam kelas.
2. Menempatkan Siswa kedalam Tim
Menempatkan
siswa kedalam tim-tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima siswa sama
sepeti STAD. Untuk setiap kelompok belajar kooperatif beranggotakan 4 atau 5 orang
siswa yang terdiri atas siswa berkemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah.
Untuk membentuk siswa dalam kelompok perlu
dilakukan langkah-langkah sbb:
a.
Rangking siswa dalam kelas brdasarkan prestasi
akademis dari yang tertinggi sampai pada yang berkemampuan terendah. Gunakan
informasi apa saja yang dapat digunakan untuk ranking siswa tersebut.
b.
Menentukan jumlah anggota setiap tim,sebaiknya
beranggotakan 4 orang siswa jika mungkin. Untuk menentukan banyaknya siswa
dalam kelompok yang akan dibentuk, bagilah jumlah siswa dalam kelas dengan 4.
Jika hasilnya bulat, misalnya: jumlah siswa 34 orang maka ada 8 kelompok yang
beranggotakan 4 orang dan 2 kelompok yang beranggotakan 5 orang.
c.
Usahakan agar rata-rata kemampuan siswa dalam setiap
kelompok relatif sama. Gunakan rangking dalam menentukan anggota kelompok.
Contoh: jika menggunakan 8 kelompok, maka kita bisa mengggunakan huruf A sampai
H mulai pada posisi rangking atas berilah tanda A; berikan abjad sampai
seterusnya . Ketika sampai pada huruf terakhir, kembalilah lagi pemberian abjad
berlawanan dengan urutan abjad yang telah dibuat. Siswa harus dicek apakah ras,
etnik dan jenis kelamin telah seimbang.Tetapi jika tim yang dibentuk
berdasarkan rangking kemampuan bukan atas dasar penyeimbang jenis kelamin atas
suku, atur siswa supaya setiap tim mempunyai tingkat kemampuan yang relatif sama
sehingga keseimbangan tim bisa tercapai.
d.
Isilah lembar ringkasan yang memuat nama tim. Isilah
nama siswa pada tiap tim yang dibentuk.
3. Menempatkan Siswa Pada Meja
turnamen Awal.
Buat satu salinan
lembar penempatan meja turnamen.pada lembar ini,rangking siswa dari atas
kebawah menurut kinerja yang lalu.hitung jumlah siswa didalam kelas anda. Jika
jumlah tersebut dapat habis dibagi dengan tiga, maka seluruh meja turnamen akan
memiliki tiga anggota, apabila ada anggota yang sisa , maka ada kelompok yang
beranggotakan 4 orang. Dalam mengumumkan penempatan meja kepada siswa, sebut
meja itu dengan meja biru, hijau dsb.
Awali
TGT dengan jadwal kegiatan. Setelah mengajar sebuah pelajaran, umumkan penempatan
tim dan mintalah siswa menggeser meja bersama-sama untuk membuat meja-meja tim.
C.
Jadwal
Kegiatan
TGT terdiri dari suatu
siklus kegiatan pengajaran diatur seperti berikut ini:
1. Mengajar
Waktu: 1-2 jam
pelajaran.
Ide utama: Siswa
mengerjakan LKS dalam tim mereka.
Bahan ajar yang
dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua lembar jawaban untuk tiap tim.
2. Belajar Tim
Waktu: 1-2 jam
pelajaran
Ide utama: siswa
mengerjakan LKS didalam tim mereka
Bahan ajar yang
dibutuhkan: Dua LKS untuk tiap tim. Dua lembar jawaban untuk tiap tim.
3. Turnamen
Waktu: Satu pertemuan
kelas
Ide Utama: Siswa
bertanding pada meja-meja turnamen tiga siswa dengan kemampuan homogen.
Bahan turnamen yang
dibutuhkan:lembar penempatan meja turnamen, dengan penempatan meja turnamen
yang telah diisi.
Satu kopi lembar
permainan dan kunci lembar permainan (sama seperti kuis dan kunci kuis untuk
STAD) untuk tiap meja turnamen.
Satu lembar skor
permainan (apendiks 6) untuk tiap meja turnamen.
Satu tumpuk kartu-kartu
bernomor yang sesuai dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan
untuk tiap meja turnamen.
4. Penghargaan Tim
Ide Utama: Menghitung
skor tim dan menyiapkan sertifikat dan papan buletin. Sesegera mungkin setelah
usai turnamen tersebut,hitung skor tim dan siapkan sertifikat tim atau menulis
hasil turnamen itu untuk di umumkan pada papan buletin.
a. Penghargaan Kepada kinerja tim
Seperti
pada STAD, ada tingkat penghargaan diberikan berdasarkan pada skor tim
rata-rata. Tiga penghargaan tersebut adalah sbb:
Kriteria
(rata-rata tim)
|
Penghargaan
|
40
|
TIM
BAIK
|
45
|
TIM
HEBAT
|
80
|
TIM
SUPER
|
b. Bumping
Bumping
merupakan penempatan kembali siswa ke meja-meja turnamen yang baru, harus
dilakukan setelah setiap turnamen berikutnya. Paling mudah melakukan bumping
ketika menghitung skor tim.
c. Pengubahan Tim
Setelah lima dan enam
minggu TGT, tempatkan pada tim-tim baru
d. Penggabungan TGT dengan
Kegiatan-kegiatan lain
Guru
dapat menggunakan TGT untuk sebagian pengajaran mereka,dan metode atau model
lain untuk bagian pengajaran lain.
e. Pemberian Nilai
TGT
tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung
nilai individual. Apabila hal ini merupakan masalah yang serius, pertimbangkan
yang penggunaan STAD sebagai pengganti TGT.
Untuk
menentukan nilai,banyak guru yang menggunakan TGT untuk evaluasi tengah
semester dan tes akhir tiap semester,beberapa guru memberi juga kuis setelah
tiap turnamen.
D.
Mengembangkan
Lembar Kegiatan Siswa dan Kuis untuk STAD dan TGT
Mengembangkan
bahan ajar untuk STAD dan TGT sangat mirip dengan mengembangkan lembar kegiatan
siswa dan kuis untuk setiap satuan pengajaran. Langkah-langkah untuk
mengembangkan bahan ajar untuk STAD atau TGT:
1. Mengembangkan
LKS dan kunci LKS untuk setiap satuan pelajaran.
Bahan
kurikulum The Johns Hopkins Learning Project selalu menggunakan LKS dengan 33
butir (Apendiks 7), tanpa ada alasan khusus mengapa membuat butir sebanyak itu.
Ide utamanya adalah untuk memastikan bahwa LKS tersebut memberi latihan
langsung guna menghadapi kuis atau permainan. Siswa dapat bekerja pada proyek
jawaban terbuka atau kegiatan pemecahan masalah sebagai pengganti LKS.
Setelah
dibuat sebuah LKS,juga harus segera dibuat kunci LKSnya. Siswa dapat
menggunakan kunci ini untuk memeriksa sendiri jawaban mereka pada saat mereka
belajar.
2. Mengembangkan
Sebuah Permainan/ Kuis dan Kunci permainan / kuis untuk setiap Unit.
LKS
yang sama dapat digunakan sebagai permainan dalam TGT dan kuis dalam STAD. Anda
perlu untuk membuat kunci permainan / kuis untuk TGT, sehingga siswa dapat
memeriksa jawabannya sendiri selama permainan.
E.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT
1.
Kelebihan
Model Pembelajaran TGT
a. Model
TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih
menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang berkemampuan akademik lebih
rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
b. Dengan
model pembelajaran ini,akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai
sesama anggota kelompoknya.
c. Dalam
model pembelajaran ini, membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti
pelajaran . Karena dalam pelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan
pada siswa atau kelompok terbaik.
d. Dalam
pembelajaran ini membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran
karena ada kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
2.
Kelemahan
Model Pembelajaran TGT
a. Dalam
model pembelajaran ini,harus menggunakan waktu yang relativ lama.
b. Guru
yang menggunakan model pembelajaran ini, guru harus pandai memilih materi
pelajaran yang cocok untuk model ini.
c. Guru
harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya membuat
soal untuk setiap meja tournamen, dan guru harus tau urutan akademis siswa dari
yang tertinggi hingga terendah.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Ada beberapa hal pokok yang dapat kita simpulkan
dari pembahasan diatas yaitu:
1. TGT
adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali
satu: sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan
turnamen permainan akademik.
2. Menurut
Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing .
permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
3. Secara
Umum ada 5 komponen utama dalam model TGT:
a. Penyajian
kelas
b. Kelompok
c. Permainan
d. Turnamen
e. Penghargaan
kelompok
4. Model
pembelajaran TGT dapat menambah wawasan tentang berbagai model pembelajaran
serta dapat meningkatkan kompetensi guru.
B.
SARAN
Sesuai dengan kelemahan dari model pembelajaran
ini,sebaiknya guru yang ingin menerapkan model ini,harus mempersiapkan secara
matang materi,pertanyaan,kelompok yang dibuat secara heterogen menurut
kemampuan akademis. Dan dalam menerapkan model ini ,sebaiknya guru
memperhitungkan sebaik-baiknya pembagian waktu untuk skenario pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amien,
M.1987.Pendidikan Science.
Yogyakarta : FKIE IKIP.
Dirdjosoemarto dkk.2004. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung :FPMIPA UPI
Nur,Mohamad.2005.Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya:Pusat Sains dan Matematika sekolah UNESA